Sabtu, 02 April 2016

Pertumbuhan Penduduk dan Segudang Permasalahan Lingkungan

Oleh : Nadiya Fazillah
Motivator Muda Kependudukan 2016

Indonesia, negara yang secara geografis terletak di khatulistiwa dan memiliki iklim tropis dan berada di belahan timur bumi, negeri ini membentang luas dengan gugusan pulaunya yang tersusun indah sambung menyambung dari sabang hingga merauke. Dengan luas 1.919.000 km², Indonesia menjadi salah satu negara dengan luas wilayah terbesar di dunia. Memiliki hutan hujan tropis di Kalimantan, semakin memperkuat keindahan negeri ini, Indonesia juga termasuk ke dalam salah satu negara yang dapat menjadi paru-paru dunia. Menurut beberapa sumber tercatat Indonesia memiliki luas hutan sekitar 93,92 juta hektar pada tahun 2005 dan 94.432.000 hektar pada tahun 2010.


Sumber gambar : mongabay.co.id

Meski begitu, dengan luas wilayah yang begitu luas, dan dengan hutan yang dapat menjadi paru-paru dunia, tetap tidak mampu menampung seluruh manusia yang semakin lama semakin bertambah dan menyebar di seluruh belahan bumi. Belum lagi mereka akan mengambil seluruh isi alam guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Luas hutan di Indonesia terus menciut dari tahun ke tahun. Di tahun 1950, Indonesia memiliki luas hutan sekitar 162 juta hektar dan angka ini terus menurun setiap tahunnya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2015 Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Coba kita bayangkan sekitar 250 juta jiwa manusia menempati lahan sekitar 93,92 juta hektar, ditambah dengan sebaran penduduknya yang tidak merata? Sebaran penduduk yang tidak merata disebabkan karena banyak orang yang melakukan urabanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah pedesaan dan iming-iming hidup bahagia dan sukses di kota besar menggoda setiap orang untuk datang dan mengadu nasib  ke kota besar yang pada akhirnya hanya akan menambah sesak ibu kota dan menambah tingkat pengangguran, belum lagi dampak negatif terhadap lingkungan lainnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa, pertambahan jumlah penduduk membawa dampak negatif pada lingkungan. Bagaimana tidak, setiap manusia tidak bisa terlepas dari alam. Setiap orang berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kita semua membutuhkan segala apapun yang ada di alam untuk dapat terus hidup, mulai dari makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan apapun itu, yang jelas manusia tidak bisa terlepas dari alam. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi, yang berarti akan semakin banyak pula Sumber Daya Alam (SDA) yang dibutuhkan.

Cadangan ketersediaan sumber daya alampun semakin lama semakin berkurang, dan bahkan beberapa dalam situasi parah atau hampir habis. Mulai dari cadangan air bersih, lahan tempat tinggal, cadangan pangan, hingga cadangan udara yang layak untuk dikonsumsi manusiapun kini dalam keadaan kritis. Air adalah sumber utama kehidupan bagi manusia, Indonesia memang dikelilingi gugusan pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, yang artinya, hampir seluruh dari Indonesia dikelilingi oleh air, namun tidak semua air layak dikonsumsi oleh manusia, cadangan air bersih dan yang layak dikonsumsi semakin menipis, terutama di kota-kota besar. Begitupun dengan lahan tempat tinggal, semakin banyak jumlah penduduk, maka lahan tempat tinggal akan berkurang, karena setiap orang membutuhkan tempat tinggal untuk berlindung, tidak hanya lahan untuk tempat tinggal, manusia juga memerlukan berbagai sarana lain untuk penunjang kehidupannya, seperti industri, lahan pertanian, dan lainnya. Akibatnya, untuk memenuhi segala kebutuhan manusia tersebut, pohon-pohon di hutan ditebang dan lahannya dijadikan tempat tinggal, yang pada akhirya menimbulkan masalah besar seperti banjir dan tanah longsor.

Selain masalah cadangan air bersih yang semakin lama semakin menipis dan lahan tempat tinggal berkurang, kepadatan jumlah penduduk juga membawa masalah lain yang berdampak negatif bagi lingkungan. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan. Kondisi alam juga semakin tidak stabil, udara yang kita hirup semakin tercemar dan berdampak buruk bagi kesehatan. Bayangkan, semakin banyak jumlah manusia, semakin banyak pula jumlah pemakai kendaraan, yang pada akhirnya mencemari udara dan membuat suhu di permukaan bumi semakin panas.

Sudah sangat jelas bahwa pertambahan jumlah penduduk membawa segudang dampak negatif bagi lingkungan. Solusi terbaik yang harus dilakukan hanyalah dengan menekan laju angka petumbuhan penduduk. Namun, pasti sulit bagi negeri ini yang berada di urutan ke empat sebagai negara terpadat di dunia. Ditambah sebagian besar masyarakat yang masih saja beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, apalagi kalau belum mendapatkan anak laki-laki, kebanyakan masyarakat Indonesia belum berhenti untuk menambah keturunannya sebelum lahir anak laki-laki dalam keluarga tersebut. Alasannya bermacam-macam, mulai dari tidak ada lagi nantinya yang dapat meneruskan marga, hingga tidak ada yang dapat melindungi keluarga nantinya bila tidak ada anak laki-laki di dalam sebuah keluarga.

Menekan angka laju pertumbuhan penduduk memang adalah salah satu solusi dalam mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang berdampak negatif bagi lingkungan. Namun, masih ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan setiap orang agar dapat turut andil dalam mengatasi masalah ini. Saat ini hampir setiap orang berbondong-bondong pergi ke kota besar atau ibu kota dengan tujuan mengadu nasib dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar dapat membantu perekonomian keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman. Pergi dengan tangan kosong dan tanpa tujuan yang jelas, hanya bermodalkan nekat. Sesampai di ibu kota hanya akan menambah jumlah pengangguran dan menambah sesak ibu kota. Bukan hal yang mengherankan mengapa tiap orang berbondong-bondong pergi mengadu nasib ke ibu kota, semua tahu karena kurangnya lapangan pekerjaanlah yang membuat mereka meninggalkan kampung halamannya dan pergi mencari pekerjaan di tempat lain. Oleh karena itu, menciptakan lapang pekerjaan di daerah pedesaan juga merupakan salah satu solusinya. Agar tidak ada lagi orang yang berbondong-bondong pergi ke ibu kota dan penyebaran penduduk pun tersebar merata. Dengan begitu, kondisi lingkungan di ibu kota akan menjadi lebih stabil, tidak terlalu padat dan jumlah limbah rumah tanggapun tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan.

Solusi lainnya yang dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah pelestarian lingkungan. Contoh-contoh sederhana yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan reboisasi, memakai segala macam teknologi yang lebih ramah lingkungan, mendaur ulang barang-barang yang masih bisa terpakai, hingga membuat penampungan limbah rumah tangga sederhana seperti membuat sumur resapan yang di dalamnya diisi dengan ijuk dan batu apung lalu bagian bawahnya dibeton, sehingga air bisa merembes masuk ke dalam tanah dan air tanahpun tidak tercemar oleh limbah rumah tangga kita. Dan begitu banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang berdampak positif bagi lingkungan.

Sumber gambar :jateng.bkkbn.go.id

Laju pertumbuhan penduduk memang sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan membawa sejuta dampak negatif. Solusi terampuhnya memang hanya dengan menekan laju angka pertumbuhan penduduk. Namun, masih ada banyak solusi-solusi lainnya yang dapat dilakukan oleh setiap masyarakat sehingga bisa membantu mengurangi masalah terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari pertambahan jumlah penduduk ini.  Mulai saat ini, lebih pekalah terhadap lingkungan. Mari kita tinggalkan paradigma lama tentang banyak anak banyak rezeki, dan menggantinya dengan paradigma yang baru yaitu dengan “Dua anak cukup”. Pikirkan mengenai masa depan lingkungan kita. Pikirkan tempat tinggal untuk anak cucu kita kedepan.


sumber : https://www.bps.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar