Oleh : Nadiya Fazillah
Motivator Muda Kependudukan 2016
Indonesia,
negara yang secara geografis terletak di khatulistiwa dan memiliki iklim tropis
dan berada di belahan timur bumi, negeri ini membentang luas dengan gugusan
pulaunya yang tersusun indah sambung menyambung dari sabang hingga merauke.
Dengan luas 1.919.000 km², Indonesia menjadi salah satu negara dengan luas
wilayah terbesar di dunia. Memiliki hutan hujan tropis di Kalimantan, semakin
memperkuat keindahan negeri ini, Indonesia juga termasuk ke dalam salah satu
negara yang dapat menjadi paru-paru dunia. Menurut beberapa sumber tercatat
Indonesia memiliki luas hutan sekitar 93,92 juta hektar pada tahun 2005 dan
94.432.000 hektar pada tahun 2010.
Sumber gambar : mongabay.co.id |
Meski
begitu, dengan luas wilayah yang begitu luas, dan dengan hutan yang dapat
menjadi paru-paru dunia, tetap tidak mampu menampung seluruh manusia yang
semakin lama semakin bertambah dan menyebar di seluruh belahan bumi. Belum lagi
mereka akan mengambil seluruh isi alam guna memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Luas hutan di Indonesia terus menciut dari tahun ke tahun. Di tahun 1950,
Indonesia memiliki luas hutan sekitar 162 juta hektar dan angka ini terus
menurun setiap tahunnya.
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2015 Indonesia memiliki jumlah penduduk
sekitar 250 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat dengan jumlah penduduk
terpadat di dunia. Coba kita bayangkan sekitar
250 juta jiwa manusia menempati lahan sekitar 93,92 juta hektar, ditambah dengan
sebaran penduduknya yang tidak merata? Sebaran penduduk
yang tidak merata disebabkan karena banyak orang
yang melakukan urabanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan
tujuan menetap. Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah pedesaan dan iming-iming
hidup bahagia dan sukses di kota besar menggoda setiap orang untuk datang dan
mengadu nasib ke kota besar yang pada
akhirnya hanya akan menambah sesak ibu kota dan menambah tingkat pengangguran,
belum lagi dampak negatif terhadap lingkungan lainnya.
Maka
dapat disimpulkan bahwa, pertambahan jumlah penduduk membawa dampak negatif
pada lingkungan. Bagaimana tidak, setiap manusia tidak bisa terlepas dari alam.
Setiap orang berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kita semua
membutuhkan segala apapun yang ada di alam untuk dapat terus hidup, mulai dari
makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan apapun itu, yang jelas manusia
tidak bisa terlepas dari alam. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak
pula kebutuhan yang harus dipenuhi, yang berarti akan semakin banyak pula
Sumber Daya Alam (SDA) yang dibutuhkan.
Cadangan
ketersediaan sumber daya alampun semakin lama semakin berkurang, dan bahkan
beberapa dalam situasi parah atau hampir habis. Mulai dari cadangan air bersih,
lahan tempat tinggal, cadangan pangan, hingga cadangan udara yang layak untuk
dikonsumsi manusiapun kini dalam keadaan kritis. Air adalah sumber utama kehidupan
bagi manusia, Indonesia memang dikelilingi gugusan pulau yang membentang dari
Sabang hingga Merauke, yang artinya, hampir seluruh dari Indonesia dikelilingi
oleh air, namun tidak semua air layak dikonsumsi oleh manusia, cadangan air
bersih dan yang layak dikonsumsi semakin menipis, terutama di kota-kota besar.
Begitupun dengan lahan tempat tinggal, semakin banyak jumlah penduduk, maka
lahan tempat tinggal akan berkurang, karena setiap orang membutuhkan tempat
tinggal untuk berlindung, tidak hanya lahan untuk tempat tinggal, manusia juga
memerlukan berbagai sarana lain untuk penunjang kehidupannya, seperti industri,
lahan pertanian, dan lainnya. Akibatnya, untuk memenuhi segala kebutuhan
manusia tersebut, pohon-pohon di hutan ditebang dan lahannya dijadikan tempat
tinggal, yang pada akhirya menimbulkan masalah besar seperti banjir dan tanah
longsor.
Selain
masalah cadangan air bersih yang semakin lama semakin menipis dan lahan tempat
tinggal berkurang, kepadatan jumlah penduduk juga membawa masalah lain yang
berdampak negatif bagi lingkungan. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin
banyak pula limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan. Kondisi alam juga
semakin tidak stabil, udara yang kita hirup semakin tercemar dan berdampak
buruk bagi kesehatan. Bayangkan, semakin banyak jumlah manusia, semakin banyak
pula jumlah pemakai kendaraan, yang pada akhirnya mencemari udara dan membuat
suhu di permukaan bumi semakin panas.
Sudah
sangat jelas bahwa pertambahan jumlah penduduk membawa segudang dampak negatif
bagi lingkungan. Solusi terbaik yang harus dilakukan hanyalah dengan menekan
laju angka petumbuhan penduduk. Namun, pasti sulit bagi negeri ini yang berada
di urutan ke empat sebagai negara terpadat di dunia. Ditambah sebagian besar
masyarakat yang masih saja beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, apalagi
kalau belum mendapatkan anak laki-laki, kebanyakan masyarakat Indonesia belum
berhenti untuk menambah keturunannya sebelum lahir anak laki-laki dalam
keluarga tersebut. Alasannya bermacam-macam, mulai dari tidak ada lagi nantinya
yang dapat meneruskan marga, hingga tidak ada yang dapat melindungi keluarga
nantinya bila tidak ada anak laki-laki di dalam sebuah keluarga.
Menekan
angka laju pertumbuhan penduduk memang adalah salah satu solusi dalam mengatasi
masalah pertumbuhan penduduk yang berdampak negatif bagi lingkungan. Namun,
masih ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan setiap orang agar dapat turut
andil dalam mengatasi masalah ini. Saat ini hampir setiap orang
berbondong-bondong pergi ke kota besar atau ibu kota dengan tujuan mengadu
nasib dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar dapat membantu perekonomian
keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman. Pergi dengan tangan kosong dan
tanpa tujuan yang jelas, hanya bermodalkan nekat. Sesampai di ibu kota hanya
akan menambah jumlah pengangguran dan menambah sesak ibu kota. Bukan hal yang mengherankan
mengapa tiap orang berbondong-bondong pergi mengadu nasib ke ibu kota, semua
tahu karena kurangnya lapangan pekerjaanlah yang membuat mereka meninggalkan
kampung halamannya dan pergi mencari pekerjaan di tempat lain. Oleh karena itu,
menciptakan lapang pekerjaan di daerah pedesaan juga merupakan salah satu
solusinya. Agar tidak ada lagi orang yang berbondong-bondong pergi ke ibu kota
dan penyebaran penduduk pun tersebar merata. Dengan begitu, kondisi lingkungan
di ibu kota akan menjadi lebih stabil, tidak terlalu padat dan jumlah limbah
rumah tanggapun tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu mencemari
lingkungan.
Solusi
lainnya yang dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah pelestarian
lingkungan. Contoh-contoh sederhana yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan
reboisasi, memakai segala macam teknologi yang lebih ramah lingkungan, mendaur
ulang barang-barang yang masih bisa terpakai, hingga membuat penampungan limbah
rumah tangga sederhana seperti membuat sumur resapan yang di dalamnya diisi
dengan ijuk dan batu apung lalu bagian bawahnya dibeton, sehingga air bisa
merembes masuk ke dalam tanah dan air tanahpun tidak tercemar oleh limbah rumah
tangga kita. Dan begitu banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang berdampak positif
bagi lingkungan.
Laju
pertumbuhan penduduk memang sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan membawa
sejuta dampak negatif. Solusi terampuhnya memang hanya dengan menekan laju
angka pertumbuhan penduduk. Namun, masih ada banyak solusi-solusi lainnya yang
dapat dilakukan oleh setiap masyarakat sehingga bisa membantu mengurangi
masalah terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari pertambahan jumlah penduduk
ini. Mulai saat ini, lebih pekalah
terhadap lingkungan. Mari kita tinggalkan paradigma lama tentang banyak anak
banyak rezeki, dan menggantinya dengan paradigma yang baru yaitu dengan “Dua
anak cukup”. Pikirkan mengenai masa depan lingkungan kita. Pikirkan tempat
tinggal untuk anak cucu kita kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar