Sabtu, 07 Mei 2016

Bonus Demografi, Untung Atau Buntung?

Oleh : Nadiya Fazillah
Motivator Muda Kependudukan 2016




Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2016 ini, terdapat sekitar kurang lebih 250 juta jiwa manusia yang mendiami bumi Indonesia dengan luas sekitar 1.919.000 km², kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membatasi pertumbuhan penduduk, ditambah sebaran penduduknya yang tidak merata, menjadikan negeri ini berada di posisisi urutan ke empat di dunia dengan jumlah penduduk terpadat. Bahkan badan PBB bidang kependudukan telah memprediksikan bahwa negara kita Indonesia akan menjadi salah satu negara sebagai penyumbang pertambahan penduduk di dunia sampai dengan tahun 2050. Semua tahu bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini membawa seabrek dampak negatif. Salah satu hal positif yang dapat diambil dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini adalah, penduduk memegang peran penting dalam memajukan tingkat ekonomi di negeri ini, karena setiap penduduk melakukan kegiatan ekonomi,baik para pengusaha, para usahawan, para pedagang, para pekerja kantoran, pegawai negeri, ataupun para ahli, mereka semua merupakan tenaga kerja dan menyumbang devisa bagi negara. Namun, masalah terbesarnya adalah, sebagian besar masyarakat negeri ini adalah pengangguran alias tidak memiliki pekerjaan. Menurut BPS, jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 8 juta orang. Maka dari itu, pertumbuhan penduduk yang terus bertambah dan tak terkendali ini adalah sebuah masalah besar, masalah bagi negeri ini, dan tentu juga masalah bagi kita bersama.

Penduduk merupakan salah satu factor tenagakerja, yang artinya penduduk memegang peran penting dalam kegiatan ekonomi di dalam negeri ini, semua akan indah dan baik-baik saja bila seluruh penduduk memiliki pekerjaan, masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini tidak akan membawa dampak negatif bagi ekonomi negeri, justru akan membawa keuntungan dan dampak positif. Walaupun begitu, tetap saja pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan tak terkendali akan membawa segudang dampak negatif seperti dampak bagi sosial dan juga dampak bagi lingkungan.

Bila situasi ini terus berlanjut dan tidak ada solusi atau upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini, kedepan, kesenjangan sosial akan menjadi pemandangan sehari-hari dan biasa saja bagi kita. Gelandangan akan berada dimana-mana dan akan dengan sangat mudah ditemui di pinggiran jalan. Dengan kondisi yang sangat memperhatinkan, tidak memiliki tempat untuk tinggal yang layak, kesusahan mendapatkan makanan dan air bersih yang layak, kondisi kesehatan yang buruk, apalagi untuk mendapatkan pendidikan. maka dari itu, solusi dari masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini harus dipikirkan bersama, karena masalah ini adalah masalah bersama.

Kedepan, angka kenaikan jumlah penduduk di Indonesia akan terus meningkat, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), di tahun 2035 mendatang jumlah penduduk di Indonesia akan berjumlah sekitar 305,6 juta jiwa. Bayangkan 305,6 juta jiwa akan mendiami bumi Indonesia, sedangkan saat ini saja penduduknya yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa sudah membuat negeri ini sangat padat terutama di kota-kota besar, bayangkan mereka akan tinggal, terus menambah keturunan, mengambil seluruh isi alam guna memenuhi kebutuhan hidupmereka, bayangkan bila sebagian besar dari 305,6 juta jiwa itu tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran? yang saat ini saja di kota-kota besar seperti Jakarta, kesenjangan sosial sudah menjadi pemandangan sehari-hari dan biasa saja. Populasi penduduk miskin meningkat di perkotaan, meminta-minta kesana kemari, menambah sesak ibu kota yang sudah sesak. Coba bayangkan apa yang akan terjadi di tahun 2035 mendatang

Namun, tidak perlu terlalu cemas dan merasa kalau semua sudah terlambat, karena masih ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebelum masalah besar yang akan datang di tahun 2035 nantinya. Karena di sekitar tahun 2020-2030, negeri ini akan dipenuhi dengan generasi-generasi yang berusia produktif. Manusia memiliki rentang usia dari ia dilahirkan sampai meninggal. Penduduk yang berusia produktif ini adalah penduduk yang memiliki rentang usia dari 15 tahun hingga 59 tahun bagi negara berkembang, dan 15 tahun hingga 64 tahun bagi negara maju. Artinya, diantara tahun 2020 hingga tahun 2030 nanti, Indonesia akan memiliki generasi-generasi yang memiliki potensi sangat besar untuk dapat membangun bangsa ini lebih baik kedepannya dari berbagai sisi, baik dari sisi pendidikan, ekonomi, pembangunan, sosial, politik, dan lainnya. Kondisi seperti ini dianggap seperti sebuah bonus, maka dari itu, kondisi ini disebut dengan "Bonus Demografi". Bonus Demografi sendiri  adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Salah satu negara yang berada di Asia Tenggara dan telah berhasil mengambil kesempatan dari bonus demografi ini adalah Singapura, dan Korea Selatan di Asia Timur. Sebuah kesempatan bagi negeri kita, Indonesia, untuk dapat mengambil peluang dari kesempatan ini dan keluar sebagai pemenang, menjadi negara yang lebih maju, lebih baik dari berbagai sisi, baik dari pembangunan, pendidikan, politik, dan terutama ekonomi.


Bonus demografi ini adalah sebuah kesempatan besar yang tidak boleh disia-siakan. Karena bila kesempatan dari bonus demografi ini disia-siakan, maka bencana besar akan datang. Bayangkan bila di saat negeri ini tengah dalam kondisi kebanjiran jumlah penduduk, namun setiap penduduknya tidak mampu bersaing dalam dunia kerja. Yang pada akhirnya hanya akan menambah jumlah pengangguran. Kemiskinan akan menjadi pemandangan sehari-hari. Penduduk miskin dan para peminta-minta mungkin akan terlihat di sepanjang jalan. Tingkat kriminalitas juga akan semakin tinggi nantinya. Negeri kita ini, Indonesia, nantinya akan menjadi tempat yang sama sekali tidak nyaman untuk ditinggali karena kondisinya yang sangat menyedihkan. Para wisatawan yang datang dari luar negeripun juga akan semakin berkurang nanatinya, karena bila tingkat kriminalitas di suatu negara tinggi, maka hal tersebut akan membuat para turis takut dan tidak akan datang berkunjung.

Saat ini, sudah sangat jelas bahwa nasib bangsa ini kini berada di tangan kita, tinggal kita yang bagaimana memilihya, memilih untuk mengambil peluang dari kesempatan bonus demografi ini, atau memilih pasrah pada bencana yang akan datang nantinya. Bonus demografi ini hanya menawarkan dua buah pilihan, yaitu untung ataukah buntung. Tentu, setiap kita ingin memilih mengambil keuntungan dari kesempatan besar ini. Namun, untuk mendapatkan keuntungan dari bonus demografi ini tidaklah mudah, bonus dari demografi ini tidak akan didapat bila tidak dipersiapkan sebaik-baik mungkin. Karena menciptakan para generasi yang memiliki kualitas dan sumber daya manusia yang baik serta mampu bersaing di dunia kerja tidaklah mudah.

Lalu, apa yang harus dipersiapkan guna menyambut kedatangan bonus demografi nanti? Tentu, kualitas sumber daya manusianya yang harus ditingkatkan. Setiap kita harus mampu mendongkrak potensi yang ada pada diri agar mampu bersaing di dunia kerja nantinya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara setiap penduduk harus mendapatkan pendidikan yang tinggi, wajib belajar 12 tahun hendaknya dapat diterapkan oleh pemerintah. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja juga harus memadai, pemerintah harus mampu menciptakan lapangan kerja. Tidak mesti harus pemerintah, setiap kita juga harus mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, berusahalah berpikir untuk lebih kreatif dan inovatif, mulai saat ini, setelah selesai menempuh jenjang pendidikan, jangan berpikir harus cari kerja kemana, tapi mulailah berpikir bagaimana agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini sangat membantu karena dapat mengurangi jumlah pengangguran, selain itu, hidup menjadi seorang usahawan jauh lebih indah dibandingkan hanya dengan menjadi seorang pegawai. Sekecil apapun usaha itu, tetap kita adalah bosnya, sebesar apapun pangkat atau jabatan kita saat menjadi seorang pegawai, tetap kita hanyalah seorang bawahan.

Bonus demografi sudah di depan mata, bonus ini hanya menawarkan dua pilihan, untung atau buntung. Tinggal kita yang bagaimana memilihnya. Memilih untuk mengambil peluang dari kesempatan ini dan keluar sebagai negara yang berhasil dan menjadi negara yang lebih maju, atau memilih pasrah pada bencana yang akan datang nantinya.

Sumber ː          bappenas.go.id/id/
                        bps.go.id
                        kompasiana.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar