Oleh : Nadiya Fazillah
Motivator Muda Kependudukan 2016
Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), di tahun 2016 ini, terdapat
sekitar kurang lebih 250 juta jiwa manusia yang mendiami bumi Indonesia dengan
luas sekitar 1.919.000 km², kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
membatasi pertumbuhan penduduk, ditambah sebaran penduduknya yang tidak merata,
menjadikan negeri ini berada di posisisi urutan ke empat di dunia dengan jumlah
penduduk terpadat. Bahkan badan PBB bidang kependudukan telah memprediksikan
bahwa negara kita Indonesia akan menjadi salah satu negara sebagai penyumbang
pertambahan penduduk di dunia sampai dengan tahun 2050. Semua tahu bahwa
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini membawa seabrek dampak negatif. Salah
satu hal positif yang dapat diambil dari pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali ini adalah, penduduk memegang peran penting dalam memajukan tingkat
ekonomi di negeri ini, karena setiap penduduk melakukan kegiatan ekonomi,baik para
pengusaha, para usahawan, para pedagang, para pekerja kantoran, pegawai negeri,
ataupun para ahli, mereka semua merupakan
tenaga
kerja dan menyumbang devisa
bagi
negara. Namun, masalah terbesarnya adalah, sebagian besar masyarakat negeri ini
adalah pengangguran alias tidak memiliki pekerjaan. Menurut BPS, jumlah
pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 8 juta orang. Maka dari itu, pertumbuhan penduduk
yang terus bertambah dan tak terkendali ini adalah sebuah masalah besar, masalah
bagi negeri ini, dan tentu juga masalah bagi kita bersama.
Penduduk merupakan salah satu factor tenagakerja,
yang artinya penduduk memegang peran penting dalam kegiatan ekonomi di dalam
negeri ini, semua akan indah dan baik-baik saja bila seluruh penduduk memiliki
pekerjaan, masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini tidak akan
membawa dampak negatif bagi ekonomi negeri, justru akan membawa keuntungan dan
dampak positif. Walaupun begitu, tetap saja pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat dan tak terkendali akan membawa segudang dampak negatif seperti
dampak bagi sosial dan juga dampak bagi lingkungan.
Bila situasi ini terus
berlanjut dan tidak ada solusi atau upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi
masalah ini, kedepan, kesenjangan sosial akan menjadi pemandangan sehari-hari
dan biasa saja bagi kita. Gelandangan akan berada dimana-mana dan akan dengan
sangat mudah ditemui di pinggiran jalan. Dengan kondisi yang sangat
memperhatinkan, tidak memiliki tempat untuk tinggal yang layak, kesusahan
mendapatkan makanan dan air bersih yang layak, kondisi kesehatan yang buruk,
apalagi untuk mendapatkan pendidikan. maka dari itu, solusi dari masalah
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali ini harus dipikirkan bersama, karena
masalah ini adalah masalah bersama.
Kedepan, angka kenaikan
jumlah penduduk di Indonesia akan terus meningkat, menurut Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS), di tahun 2035 mendatang jumlah penduduk di
Indonesia akan berjumlah sekitar 305,6 juta jiwa. Bayangkan 305,6 juta jiwa
akan mendiami bumi Indonesia, sedangkan saat ini saja penduduknya yang
berjumlah sekitar 250 juta jiwa sudah membuat negeri ini sangat padat terutama
di kota-kota besar, bayangkan mereka akan tinggal, terus menambah keturunan,
mengambil seluruh isi alam guna memenuhi kebutuhan hidupmereka, bayangkan bila
sebagian besar dari 305,6 juta jiwa itu tidak memiliki pekerjaan alias
pengangguran? yang saat ini saja di kota-kota besar seperti Jakarta, kesenjangan
sosial sudah menjadi pemandangan sehari-hari dan biasa saja. Populasi penduduk miskin meningkat di perkotaan, meminta-minta
kesana kemari, menambah sesak ibu kota yang sudah sesak. Coba bayangkan apa
yang akan terjadi di tahun 2035 mendatang
Namun, tidak perlu
terlalu cemas dan merasa kalau semua sudah terlambat, karena masih ada beberapa
cara yang dapat dilakukan sebelum masalah besar yang akan datang di tahun 2035
nantinya. Karena di sekitar tahun 2020-2030, negeri ini akan dipenuhi dengan
generasi-generasi yang berusia produktif. Manusia memiliki rentang usia dari ia
dilahirkan sampai meninggal. Penduduk yang berusia produktif ini adalah
penduduk yang memiliki rentang usia dari 15 tahun hingga 59 tahun bagi negara
berkembang, dan 15 tahun hingga 64 tahun bagi negara maju. Artinya, diantara
tahun 2020 hingga tahun 2030 nanti, Indonesia akan memiliki generasi-generasi
yang memiliki potensi sangat besar untuk dapat membangun bangsa ini lebih baik
kedepannya dari berbagai sisi, baik dari sisi pendidikan, ekonomi, pembangunan,
sosial, politik, dan lainnya. Kondisi seperti ini dianggap seperti sebuah
bonus, maka dari itu, kondisi ini disebut dengan "Bonus Demografi".
Bonus Demografi sendiri adalah bonus yang dinikmati
suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.
Salah satu negara yang berada di Asia Tenggara dan telah berhasil mengambil
kesempatan dari bonus demografi ini adalah Singapura, dan Korea Selatan di Asia
Timur. Sebuah kesempatan bagi negeri kita, Indonesia, untuk dapat mengambil
peluang dari kesempatan ini dan keluar sebagai pemenang, menjadi negara yang
lebih maju, lebih baik dari berbagai sisi, baik dari pembangunan, pendidikan,
politik, dan terutama ekonomi.
Bonus demografi ini
adalah sebuah kesempatan besar yang tidak boleh disia-siakan. Karena bila
kesempatan dari bonus demografi ini disia-siakan, maka bencana besar akan
datang. Bayangkan bila di saat negeri ini tengah dalam kondisi kebanjiran
jumlah penduduk, namun setiap penduduknya tidak mampu bersaing dalam dunia
kerja. Yang pada akhirnya hanya akan menambah jumlah pengangguran. Kemiskinan
akan menjadi pemandangan sehari-hari. Penduduk miskin dan para peminta-minta
mungkin akan terlihat di sepanjang jalan. Tingkat kriminalitas juga akan
semakin tinggi nantinya. Negeri kita ini, Indonesia, nantinya akan menjadi
tempat yang sama sekali tidak nyaman untuk ditinggali karena kondisinya yang
sangat menyedihkan. Para wisatawan
yang datang dari luar negeripun juga akan semakin berkurang nanatinya, karena
bila tingkat kriminalitas di suatu negara tinggi, maka hal tersebut akan
membuat para turis takut dan tidak akan datang berkunjung.
Saat ini, sudah sangat
jelas bahwa nasib bangsa ini kini berada di tangan kita, tinggal kita yang
bagaimana memilihya, memilih untuk mengambil peluang dari kesempatan bonus
demografi ini, atau memilih pasrah pada bencana yang akan datang nantinya.
Bonus demografi ini hanya menawarkan dua buah pilihan, yaitu untung ataukah
buntung. Tentu, setiap kita ingin memilih mengambil keuntungan dari kesempatan
besar ini. Namun, untuk mendapatkan keuntungan dari bonus demografi ini
tidaklah mudah, bonus dari demografi ini tidak akan didapat bila tidak
dipersiapkan sebaik-baik mungkin. Karena menciptakan para generasi yang
memiliki kualitas dan sumber daya manusia yang baik serta mampu bersaing di
dunia kerja tidaklah mudah.
Lalu, apa yang harus
dipersiapkan guna menyambut kedatangan bonus demografi nanti? Tentu, kualitas
sumber daya manusianya yang harus ditingkatkan. Setiap kita harus mampu
mendongkrak potensi yang ada pada diri agar mampu bersaing di dunia kerja
nantinya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara setiap penduduk harus mendapatkan
pendidikan yang tinggi, wajib belajar 12 tahun hendaknya dapat diterapkan oleh
pemerintah. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja juga harus memadai,
pemerintah harus mampu menciptakan lapangan kerja. Tidak mesti harus
pemerintah, setiap kita juga harus mampu menciptakan lapangan kerja sendiri,
berusahalah berpikir untuk lebih kreatif dan inovatif, mulai saat ini, setelah
selesai menempuh jenjang pendidikan, jangan berpikir harus cari kerja kemana,
tapi mulailah berpikir bagaimana agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Hal
ini sangat membantu karena dapat mengurangi jumlah pengangguran, selain itu,
hidup menjadi seorang usahawan jauh lebih indah dibandingkan hanya dengan
menjadi seorang pegawai. Sekecil apapun usaha itu, tetap kita adalah bosnya, sebesar
apapun pangkat atau jabatan kita saat menjadi seorang pegawai, tetap kita
hanyalah seorang bawahan.
Bonus demografi sudah
di depan mata, bonus ini hanya menawarkan dua pilihan, untung atau buntung.
Tinggal kita yang bagaimana memilihnya. Memilih untuk mengambil peluang dari
kesempatan ini dan keluar sebagai negara yang berhasil dan menjadi negara yang
lebih maju, atau memilih pasrah pada bencana yang akan datang nantinya.
bps.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar